Marsigit Philosophy Class 2019- Oleh Heriansyah /19701261017
Berdasarkan
latar belakang di atas, diidentifikasi beberapa masalah pendidikan Islam
Muhammadiyah:
- Muhammadiyah hanya bergelut untuk mempertahankan eksistensi yang menangkap hasil ijtihad bidang pendidikan, bukan etos ijtihad yang diwariskan K.H. Dahlan.
- Pengelolaan organisasi pendidikan Muhammadiyah lebih sering berhadapan dengan masalah-masalah teknis dari amal usaha pendidikan sehingga tujuan utama pendidikan Muhammadiyah terabaikan.
- Muhammadiyah dalam banyak hal hanya meneruskan praktik-praktik pendidikan yang dilakukan Dahlan tanpa pengembangan lebih lanjut, padahal lembaga pendidikan lain sudah melakukan hal yang sama (pendidikan integratif) sehingga tidak ada lagi perbedaan pendidikan di Muhammadiyah dengan gerakan lain.
- Era teknologi informasi dan revolusi industri 4.0 merubah sifat manusia dalam berinteraksi di masyarakat, menuntut perubahan pendidikan Muhammadiyah yang tidak sekedar mengintegrasikan pendidikan agama dengan pendidikan umum.
- Pendidikan Muhammadiyah belum mampu menjawab problematika sosial yang mampu mempertahankan nilai-nilai dengan menguasai dunia digital.
- Muhammadiyah merasa “mapan” dengan jumlah amal usaha pendidikan yang banyak dan besar sehingga tidak berupaya melahirkan model pendidikan Islam yang kreatif dan dibutuhkan era industri 4.0 sekarang.
- Dalam AD ART, Identitas Muhammadiyah adalah gerakan tajdid atau modern, tetapi pengelolaan lembaga pendidikan yang dikelola masih bersifat tradisional.
- Pembelajaran di beberapa lembaga pendidikan Tinggi Muhammadiyah berpusat kepada mahasiswa, padahal progresivisme memberikan kebebasan peserta didik secara fisik maupun pola pikir, untuk membantu mengembangkan bakat dan kemampuan dari peserta didik.
- Kurikulum pendidikan Muhammadiyah belum sepenuhnya terbuka, masih ada kurikulum nasional yang wajib diberlakukan ke seluruh lembaga pendidikan Muhammadiyah. Progresivisme memberikan sistem kurikulum yang yang bersifat fleksibel dan terbuka sehingga sistem kurikulum dapat dirubah dan dipergunakan sesuai zaman dan lingkungannya.
- Pendidikan karakter Muhammadiyah masih menjadi materi sendiri sehingga ada kesan pendidikan karakter terpisah dari pendidikan lainnya. Progresivisme menuntut pembelajaran secara utuh dan tidak terpisah termasuk pendidikan karakter. Peserta didik harus berkembang secara utuh baik dari segi fisik, psikis, kognitif, efektif dan juga psikomotorik.
- Muhammadiyah belum memiliki lembaga sekaligus pelaksanaan pendidikan progresif yang dapat dijadikan rujukan lembaga pendidikan Muhammadiyah secara nasional.
- Pendidikan Muhammadiyah tidak memiliki kekhasan dibandingkan pendidikan Islam yang lain.
- Mutu pendidikan Muhammadiyah sebagai pendidikan Islam masih “rendah” dibandingkan lembaga pendidikan keagamaan yang lain. Walaupun beberapa lembaga pendidikan sudah diakui secara nasional dan internasional, namun jumlah atau rasionya sangat kecil dibandingkan jumlah lembaga pendidikan Muhammadiyah saat ini.
- Beberapa lembaga pendidikan Muhammadiyah mengajarkan Al Islam secara normatif dan tekstual sehingga menjadikan peserta didik menjadi pribadi yang eksklusif.
- Banyak lembaga pendidikan Muhammadiyah menerima kehadiran peserta didik yang berbeda agama sehingga pendidikan multikultural menjadi keharusan, namun pendidikan multikultural Muhammadiyah ini belum dilakukan secara sistematis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar